Senin, 23 Juni 2008

Info Lingkungan

Degradasi lahan ( land degradation ) adalah suatu proses penurunan produktivitas lahan, baik sementara maupun tetap, yang meliputi berbagai bentuk penurunan produktivitas tanah sebagai akibat kegiatan manusia dalam memanfaatkan tanah dan air, penggundulan hutan, dan penurunan produktivitas padang penggembalaan. Degradasi lahan di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh erosi air hujan. Erosi yang disebabkan oleh air hujan menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas yang relatif lebih subur dibandingkan dengan tanah lapisan di bawahnya. Tanah yang hilang akibat proses erosi tersebut terangkut oleh air sehingga menyebabkan pendangkalan saluran drainase termasuk parit, sungai dan danau. Erosi yang telah berlanjut menyebabkan rusaknya ekosistem sehingga penanganannya akan memakan waktu lama dan biaya yang mahal.

DEGRADASI LAHAN DI NTB
MATARAM - Setiap tahun laju degradasi lahan nasional mencapai 2 juta hektar. Keseluruhan kerusakan hutan di Indonesia mencapai 592 juta hektar dan ribuan daerah aliran sungai ( DAS ) yang mengalami kerusakan. Propinsi Nusa Tenggara Barat ( NTB ), Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah paling potensi terancam mengalami penggurunan akibat degradasi lahan tersebut. Untuk memulihkannya pemerintah hanya memiliki kemampuan melakukan penghijauan hanya 3 juta selama 5 tahun atau 5 juta hektar selama 7 tahun yang telah ditetapkan program nasional. Seharusnya, Indonesia dapat menahan penebangan agar laju kerusakan menurun dari 2,5 juta hektar menjadi 1 juta hektar setahunnya. Itupun untuk menormalkan dibutuhkan waktu sampai 50 tahun. Kalau tidak dikawatirkan akan seperti Afrika yang menjadi tandus.
Dari ribuan DAS yang mengalami kerusakan, prioritasnya 458 DAS. Pertama dilakukan pemulihan terhadap 260 DAS. Selanjutnya, tahap kedua 122 DAS dan ketiga 76 DAS. Lahan kritis mencapai 528.000 hektar atau 26,5 persen dari luas daratan. Di luar kawasan hutan seluas 368.000 hektar dan di dalam kawasan hutan seluas 160.000 hektar. ”Cukup memprihatinkan,” Setiap tahun di NTB terjadi defisit kayu olahan sebanyak 80.000 meter kubik karena masyarakat menggunakan sebagai kayu bakar untuk berbagai keperluan selain memasak diantaranya pembakaran kapur dan industri gerabah.( supriyantho khafid )
�Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan atau yang lebih dikenal Gerhan merupakan gerakan moral sebagai upaya mempercepat rehabilitasi hutan dan lahan�
Secara serentak, sediktinya 500 orang dari Dinas/Bagian/Kantor, TNI, BRIMOB, pramuka, pelajar, mahasiswa, kelompok tani pelaksana Gerhan dan kelurahan pelaksana Gerhan melakukan penanaman Mindi, Sawo Kecik, Keben dan Mahoni yang diawali dengan penanaman secara simbolis bibit penghijauan oleh Muspida Kota Kediri. Sebelumnya, rangkaian kegiatan Gerhan yang menghijaukan 25 Ha lahan tahun ini juga memperkaya kawasan belakang Goa Selomangleng dan Gunung Maskumambang dengan penanaman sebanyak 5000 batang pohon. Terdiri dari bibit Jati, Mahoni, dan Mangga Gadung. Tidak hanya itu, sebanyak 2500 batang mahoni, 100 batang Kelapa dan Sengon Buto

Degradasi lahan
Secara nasional, gerakan ini telah dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 14 Desember 2006 lalu di Nusa Tenggara Barat. Selain mewujudkan percepatan upaya rehabilitasi hutan lahan, kegiatan ini juga merupakan peningkatan fungsi lahan di kawasan hutan secara optimal dan lestari yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi dan sosial bagi masyarakat serta dalam rangka memperingati tahun 2006 sebagai Tahun Internasional Degradasi Lahan ( sesuai resolusi Sidang Umum PBB. No. A/Res/58/211 ).
Hal tersebut dipicu mengingat kondisi hutan dan lahan saat ini yang kian memprihatinkan. Fenomena degradasi sumberdaya hutan dan lahan terus meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga menimbulkan banyak kerugian. Saat ini setiap tahun tidak kurang dari 2,5 juta hektar hutan ditebang, baik secara legal maupun ilegal, padahal maksimum hutan yang bisa ditebang hanya satu juta hektar per tahun
Data dari Departemen Kehutanan menyebutkan, saat ini terdapat 762 titik rawan longsor di Pulau Jawa tersebar di 5.075 desa dan 69 kabupaten yang perlu diwaspadai terutama pada musim hujan.

Penghargaan Untuk Pelaksana Hutan Rakyat
Pada kesempatan yang sama, Pemerintah Kota Kediri juga memberikan penghargaan kepada beberapa pelaksana Gerhan kategori Hutan Rakyat terbaik tahun 2003 dan 2004. Penghargaan berupa uang pembinaan diberikan untuk Kelompok Tani Rahayu-Blok Boro Kelurahan Pojok sebagai pelaksana Gerhan terbaik tahun 2003, Kelompok Tani Rahayu-Blok Jarakan Kelurahan Pojok dan Kelompok Tani Sukotani 2-Blok Gunung Maskumambang Kelurahan Sukorame sebagai pelaksana Gerhan terbaik tahun 2004.

Teknik Rehabilitasi
Secara umum teknik rehabilitasi lahan yang mengalami degradasi adalah dengan pengelolaan bahan organik dan penerapan teknik pencegahan erosi agar tidak terjadi degradasi yang berlanjut. Bahan organik yang biasa digunakan diantaranya adalah pupuk organik (bahan hijau tanaman legum), sisa-sisa tanaman, pupuk kandang, dll. Sumber bahan organik yang berasal dari legum, misalnya dalam pola alley cropping. Tanaman legum yang baik dan telah teruji dapat memperbaiki tanah yang terdegradasi serta mempunyai produksi biomass tinggi, diantaranya adalah Flemingia macrophylla, Mucuna sp, Glirisidia, Leucaena leucocephala

Tidak ada komentar: